Thursday, November 24, 2011

Wanita... Istri... Ibu...

Rosulillah bersabda “ Pilihlah (wanita yang cocok) untuk air mani-air mani kalian, karena sesungguhnya sifat orang tua itu menurun kepada anaknya.” (HR Muslim)

Ummi, Ibu, Bunda, Mama, Mbok’e, Mami, Mommy, atau setiap anak punya panggilan tersediri pada wanita ini. Pada wanita yang rahimnya suci dan senantiasa di sucikan lagi bersih. Dia yang melahirkan manusia ke bumi, dengan segenap kesiapannya untuk mengambil resiko terburuk, yakni kehilangan nyawa.

Dia bisa dalam berbagai bentuk fisik. Sempurna. Bisa kurus, bisa gemuk, bisa tinggi, bisa pendek, bisa cantik, bisa sederhana. Dia adalah Ibu, dia juga Istri.

Jika dia seorang istri, maka dia adalah seorang penasehat dalam Istana Rajanya, dia tidak pernah mau menjadi ratu yang merasa berkuasa. Dia ada ketika sang Raja membutuhkan dia atau pun tidak. Kesetiaannya adalah perisai bagi istana raja itu. Dia menjaga kehormatan suaminya dengan Ilmu. Dia mengenyangkan perut suaminya dengan pengetahuan. Dia adalah kesempurnaan yang di cari sang Raja yang kesepian dan sakit ketika belum mndapatkan ‘wanita’ itu.

Cintanya Unik. Sederhana tetapi luarbisa. Factor hygiene kehidupan yang keberadaannya sesekali tidak terasa meski dia ada, namun ketika dia tidak ada sangat terasa. Ketika dia dekat kita lihat apa yang dia bersihkan, apa yang dia siapkan sama sekali sepele…namun begitu dia tidak ada… ternyata hal sepele itu begitu besar…tidak ada satupun yang benar ketika dia tidak ada. Semua jadi berantakan, semua jadi kurang dan hambar. Subhanallah…Wajar juga jika seorang suami menyenandungkan rasa ketakutan kehilangannya, seperti yang di senandungkan Roma Irama…

“Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga…
Sungguh berat aku rasa kehilangan dia…
Sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia…
KU tau rumus dunia, semua pasti berubah..
Tapi kumohon tangguhkan..tangguhkanlah…” ^_^

Protektif. Cara dia menyayangi siapa pun dalam hidupnya adalah dengan melindungi dan memberikan tempat ternyaman, teraman, terhangat yang dia miliki, sehingga dia sangat terkesan mengekang. Terkadang membosankan dengan sikapnya yang terlalu protektif. Dia mudah cemas, padahal semua kecemasannya adalah hal kecil yang mungkin sebenarnya tidak akan terjadi. Namun itulah dia. Dia bisa marah dalam kasih sayangnya. Dia bisa menangis dalam tawanya. Dia seperti di ciptakan hanya untuk ‘orang lain, bukan untuk ‘dirinya’ sendiri, sehingga dalam pikirannya hanya ada ‘orang lain’ saja. Suaminya, anak-anaknya.

Heran. Entah dari mana dia mendapatkan tenaga lebihnya. Terkadang orang cape di urusi dia, tapi hebatnya, dia tidak pernah lelah mengurusi orang-orang kesayangannya. Wanita, Dia tidak pernah mengeluh. Tidak juga protes ketika orang-orang kesayangannya justru membuatnya ‘bersabar’.

“Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya, disisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfaal :28)

Dia Istri, Ibu seseorang. Cinta seorang suami jauh berbeda dengan cinta seorang Istri. Cinta seorang Ibu berbeda jauh dengan cinta Ayah kepada anak-anaknya.

Seorang Istri yang shalehah akan bersedia mengorbankan apa pun dalam hidupnya demi suaminya tanpa meminta balas jasa, mengurusinya dikala sakit, tidak beranjak sedikit pun. Dia menangis, berdo’a. Dia tidak bisa hidup tanpa suaminya, sungguh sengsara dia jika suaminya sengsara. Seolah nafas dia ada di helaan nafas suaminya. Dia memberangus kebahagiaan dirinya untuk kebahagiaan suaminya. Duhai, Dia Istri yang shalehah. Dia menyembunyikan sisi manusiawinya. Dia tersenyum seolah telaga tenang yang tak pernah koyak dan tercemar dengan zat kimia beracun dari jenis apa pun. Dia mengelus punggung suaminya yang kuat, menenangkan. Dia yang tidak membiarkan air mata suaminya menetes, baik itu karena kehidupan yang menguliti hati suaminya atau pun karena keinginannya yang berlebihan. Dia akan bilang, “Terimakasih, bi..hari ini kita cukup. Abi sudah memberikan yang terbaik…”, begitulah jika dia berkata seperti embun pagi yang bening dan sejuk. Dia selalu memiliki bahasa terbaik ketika mengingatkan suaminya. Dia menguasai semua peran dalam “Kerajaannya”.

“Dan berilah peringatan kepada orang-orang yang terdekat dengan mu.” (QS. Asy-Syuraa : 214)

Dia tidak menduakan cinta kekasihnya, dia tidak di perkenankan memiliki kekasih lebih dari satu. Kesetiannya tunggal. Cintanya ajeg tanpa syarat. Dia hanya menemukan kata “Dia suami ku..” bukan “Dia suami-suami ku”. Perbedaan dalam kadar cinta yang luar biasa dari seorang wanita yang shalehah terhadap suaminya. Sungguh telah di beri nikmat yang luar biasa seorang Suami atas Istrinya tersebut.

“Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepada mu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhan mu, dan berkorbanlah. Sesunguhnya, orang-orang yang benci kamu, dialah yang putus.” (QS. Al-Kautsar: 1-3)

Dia juga seorang ibu. Dia gadaikan kecantikannya ketika kulit perutnya mengencang dengan bayi yang tumbuh dalam rahim sucinya. Berat badan idealnya hilang, yang tersisa hanya gelambiran lemak yang trus bertambah dalam masa kehamilannya. Kakinya membengkak, hidungnya membengkak, dia juga rela di permainkan emosinya ketika ngidam. Dia menjadi sensitive, meskipun dia ingin tidak seperti itu.

Sembilan bulan. Diakhir masa kehamilan nafasnya terasa sesak, duduk tidak terasa nyaman, tidur pun kurang. Namun semua orang setuju, bahwa wanita hamil itu sangat cantik.

Dia berikan malam-malam lelapnya untuk manusia yang setelah dewasa mungkin saja adalah yang keras menentangnya, mungkin juga yang menyakiti hatinya..namun dia tidak pernah memikirkan apapun selain pengabdian kepada Allah Swt.
Dia menanggalkan atribut sebagai apa pun dia ketika berhadapan dengan anaknya. Dia hanya memiliki satu atribut, yakni IBU. Dia akan menangis meraung jika anaknya sakit. Dia meneteskan keringatnya kepanasan untuk meneduhkan anaknya. Merelakan dirinya yang haus asal anaknya tidak. Dia akan cuti kerja jika tahu anaknya sakit. Dia “membawa” suami dan anak-anaknya dimana pun dia berada. Semua hal yang terkadang luput dari seorang ayah. Tentu, karena posisi keduanya berbeda.

Sungguh seorang ibu tidak akan melemparkan anaknya ke dalam api, meskipun dia mampu melakukannya. Karena sifat belas kasihnya lebih besar dari sifat kecewanya. Hanya saat dia tidak waras saja, jika seorang ibu yang rela melukai anaknya apalagi sampai membunuhnya.

“Dan jangalah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kamilah (Allah) yang memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian. Sesungguhnya, membunuh mereka adalah suatu dosa besar.” (QS AL-Israa: 31)
Sehalnya dalam salah satu hadits, Rosulillah, menyandingkan kasih sayang ibu itu setelah kebesaran kasih sayang Allah… Subhanallah!

Ibu. Dia yang memiliki persediaan paling banyak air mata cinta. Dia cemas. Dia hanya menginginkan kebahagiaan untuk anaknya. Dia menyimpan “sakit”nya untuk melihat senyuman anaknya. Dia selalu bilang “Tidak ada apa-apa, nak..tenganglah, biar ibu yang membereskannya…”. Dia dokter di rumah. Dia ‘tukang service’ untuk semua urusan di rumah. Dia adalah Ibu. Wanita terhormat yang tidak ada padanan kata yang tepat untuk mengungkap sisi keagungan dan kemuliaannya sebagai makhluk Allah Swt yang selalu siap sedia berkorban. Wanita yang menyisihkan waktu malamnya untuk berdo’a.

Sungguh bangganya wanita, memiliki peran yang membuatnya begitu di agungkan, sebagai seorang Istri dan seorang Ibu. Dan kasihan sekali bagi setiap wanita yang tidak menikmati setiap perannya dengan keikhlasan, yang mana dalam setiap peran itu mengalir pahala yang tiada henti. Setiap biji nasi yang di masak untuk suami dan anak-anaknya, setiap tetes keeringat ketika melayani suami dan anak-anaknya, setiap linangan air mata yang tulus dalam melakukan peran itu adalah jalannya untuk dekat dengan Allah, untuk mendapatkan ridha-Nya, Syurga-Nya..

Luarbiasanya, Wanita!!

Masihkah wanita akan tidak bangga pada perannya sebagai seorang istri dan ibu?!! Jika wanita yang cerdas, tentu akan mengatakan “Tidak… Saya bangga menjadi Istri dan Ibu..”…

Tidak ada yang sepele dan tidak berarti ketika kita menjalaninya dengan kesungguhan, dengan tulus, dengan Ilmu dan dengan Allah dalam setia gerak kita..

No comments:

Post a Comment